Didi Chuxing membeli Uber China, dimana bisnis Uber China merupakan bisnis Uber yang berdiri sendiri.
Padahal, Didi Chuxing sendiri belum menghasilkan untung meski sudah berinvestasi miliaran dollar di Cina. Begitu juga dengan Uber China.
China’s Didi Chuxing and Uber have now both confirmed that Didi has agreed to buy Uber’s separate business in China — Uber China — as a path to trying to get the two unprofitable on-demand transportation businesses into the black.
Dikutip dari TechCrunch, merek, aplikasi, dan operasi bisnis tetap terpisah, namun secara back-end akan bergabung. Sehingga bisa disimpulkan baik Uber China dan Didi Chuxing akan melakukan sharing data.
Yang menjadi pertanyaan saya, bagaimana nasib kompetisi taksi online disana? Akankah pelanggan taksi online di Cina tetap mendapatkan harga murah atau malah menjadi tidak terjangkau?
Didi Chuxing dan Uber China merupakan pemain besar taksi online di Cina, maka saya berkesimpulan sebagian besar pasar akan dipegang oleh mereka.
Akibatnya adalah ada kemungkinan terjadi monopoli sehingga dapat mengendalikan harga pasar seperti yang terjadi di Indonesia dimana ketika Honda dan Yamaha menguasai pasar 97% terdapat isu skandal kartel didalamnya.
Dengan tidak adanya kompetisi ada kemungkinan tidak ada lagi diskon atau promo serta harga menjadi lebih mahal. Alhasil dikarenakan sudah menjadi kebutuhan, mau tidak mau customer harus mengikuti harga yang tertera.
Akankah Pelanggan Taksi Online di Cina Jadi Korban dari dibelinya Uber China oleh Didi Chuxing?