Sekitar dua minggu lalu ketika kaki saya mengalami bengkak dan saya coba periksa ke dokter di Rumah Sakit Mayapada. Saya waktu itu coba periksa di dokter fisioterapi.
Singkat cerita setelah diperiksa oleh dokter, saya ditawarkan untuk mencoba kruk sebagai alat bantu kaki dengan tujuan jika suatu saat saya harus membeli saya sudah tahu akan menggunakan jenis yang mana.
Saya setuju dan mencoba menggunakan kruk sekitar 5-10 menit dibantu oleh perawat. Singkat cerita lagi, setelah selesai percobaan, bayar, dan pulang ke rumah, keesokan harinya saya baru sadar setelah melihat struk tagihan. Ternyata percobaan pakai kruk alat bantu kaki tersebut bayar.
Coba tebak berapa? bukan 10 ribu atau 20 ribu, tetapi Rp. 138.000. Luar biasa!
Menurut saya hal - hal kecil seperti ini seharusnya pihak Rumah Sakit memberikannya sebagai service gratis tambahan. Kenapa? Karena dilihat dari sisi bisnis, memang menguntungkan, tetapi tidak akan membuat customer ingin balik ke rumah sakit tersebut.
Untung diraih hanya bersifat jangka pendek, bukan untuk bisnis jangka panjang. Saya jadi teringat pesan guru bisnis saya, ketika berbisnis jadilah distributor manfaat jangan untung terus yang dipikirkan.
Saya pribadi tidak mempermasalahkan tagihan rumah sakit, tetapi yang saya tidak habis pikir adalah kenapa rumah sakit bisa setega itu aja. Semoga rumah sakit - rumah sakit yang lain tidak seperti ini, tetapi service oriented, bukan profit oriented.
Oh iya! Saya jadi teringat lagi, ada yang menyarankan jika suatu saat berobat ke luar negeri lebih baik di Malaysia dibandingkan Singapura. Di Malaysia rumah sakit tidak mengejar profit semata, berbeda dengan singapura belakangan ini yang katanya mulai profit oriented.