Kartu Kredit dan Permodalan Di Indonesia

Komentar Jaya Setiabudi sebagai pebisnis yang berpengalaman tentang Kartu Kredit dan Permodalan di Indonesia:
Lepas dari hukum agama, tapi secara psikologis, Kartu Kredit itu seperti '
uang panas'. Karena mudah dapatnya, sering lupa hitungnya.
Kalo KKnya cuma 1, masih gampang pantaunya. Begitu banyak, mulai keteteran pantau jatuh tempo & juga gak siapin duitnya. Ujung2nya jadi gali lubang tutup lubang + lebih gedhe lubangnya. Kalo sudah terjerat bunga dan denda, ya tinggal tunggu macetnya saja.
Apalagi jika niatan awal u/ modal, ehh tergiur u/ belanja. Sama2 beli tas senilai 1 juta, pake KK dengan tunai bedal 'feel'nya. Kalo pake KK gak terasa ngeluarin duit. Kalo pake cash, tersa psikologinya.

Dilematis...
Disisi lain, permodalan usaha di Indo juga gak mudah dapatnya. Bank lebih memilih transaksi (kredit) besar daripada ngurusin UKM, apalagi potensi kredit macetnya besar. Dana2 CSR & PKBL? berani bertaruh MINIMUM setengahnya dipakai untuk SOFT PROMO perusahaan mereka sendiri, dibanding buat bantuan UKM.
INVESTOR? >> terkontaminasi oleh budaya riba, yang maunya untung sepihak, memilih FIX RATE alias RIBA, dibanding bagi hasil yang syariah.
Kategori:
    Tag:

      Berlangganan via Email

      atau berlangganan via RSS

      Tulisan Terbaru